Blog Tiket Turindo

Sejarah Bandara Internasional Husein Sastranegara

bandung

Mendukung fasilitas kemiliteran di Kota Bandung dan sekitarnya, pemerintah Hindia Belanda membangun beberapa pendukung. Sampai sekarang peninggalan bidang militer tersebut masih ada, misalnya di kawasan Jln. Patrakomala – Jln. Aceh, daerah Cimahi, hingga di daerah Dayeuh Kolot, Kabupaten Bandung.

Salah satu pendukung pertahanan militer adalah pembangunan lapangan udara. Pada1918 pemerintah Hindia Belanda membangun lapangan terbang di Cipagalo dan Sukamiskin. Adapun landasan untuk pesawart masih berupa dataran tanah yangdiperkeras. Peresmian penggunaan lapangan terbang tersebut dibuka pada tahun 1920. Waktu itu, penerbangan hanya berupa terbangnya sebuah pesawat Rancai yang berkeliling di atas beberapa menit setinggi 50 m.

Pembangunan Lapang Terbang Andir
Rupanya masalah keadaan tanah becek karena tidak diperkeras dengan sempurna di kedua lapangan tersebut, Belanda pun membuat landasan baru di daerah Cicukang, Desa Cibeureum yang kemudian terkenal dengan sebutan lapangan terbang Andir. Lapangan terbang ini digunakan untuk kepentingan Angkatan Udara Belanda (Luchvaart Afdeling).

Pembangunannya sekitar tahun 1921 dengan menggunakan lokasi di tanah seluas 45 hektare. Areal lapangan terbang tersebut adalah milik warga Bandung yang dibeli oleh Pemerintah Hindia Belanda. Lapangan terbang baru ini lokasinya sebelah barat berbatasan dengan Desa Cibeureum, sebelah Timur berbatasan dengan sungai Cilimus, sebelah Utara Cibogo, sebelah Selatan rel kereta api daerah Maleber. Beberapa pesawat pertama yang mendarat di lapangan terbang Andir zaman itu diantaranya Avro, Glenmartin, Jeger dankoelhoven.

Pembangunannya masih sangat sederhana, hanya daratkan dan diperkeras tanpa dilapisi aspal. Kemudian peralatan lapangan terbang yang ada di Sukamiskin berangsur-angsur dipindahkan ke Andir. Pembangunan fasilitas pendukung pun kemudian mulai digarap. Beberapa bangunan pendukung saat iitu sekarang tinggal bekasnya satu diantara kini menjadi hanggar Wing Materiil 10 yang menghadap ke utara. Garasi yang dipakai untuk sarban.

Penyerahan Kedaulatan
Setelah berlangsungnya pengakuan Kedaulatan RIS pada tanggal 27 Desember 1949, maka berlangsung pula serah terima pangakalan-pangkalan udara secara berangsur-angsur. PAU Andir merupakan yang pertama diserahterimakan dari Belanda ke pihak AURI, yakni pada tanggal 20 Januari 1950. Hanya saja, serah terima tersebut hanya berlaku bagi PAU Andir sebelah Utara. Sedangkan PAU Andir sebelah Selatan baru diserahterimakan pada tanggal 12 Juni 1950. Selain itu, diserahkan juga Hoofdwartier Militaire Luchtvaar dari Jenderal 49 mayoor Van der EEM kepada Komodor Udara Suryadarma pada tanggal 27 Juni 1950.

Serah terima Pangkalan Andir sendiri sudah berlangsung pada Maret 1950. Namun masih bersifat terbatas, terutama yang diserahkan adalah lapangan sebelah Utara, meliputi fasilitas penerbangan, termasuk hanggar tiga pesawat C-47 Dakota, tiga pesawat latih Harvard dan tujuh pesawat Piper Cub (Capung). Sedangkan serah terima keseluruhan Pangkalan Udara Andir kepada pihak AURI baru dilakukan tiga bulan kemudian yakni pada tanggal 12 Juni 1950. Serah terima dilakukan Mayor EJ Van Kappen mewakili pemerintahan kerajaan Belanda dan dari pihak AURI diwakili Mayor Udara Wiwiko Soepono yang menjabat sebagai Ketua Sub Panitia Penerimaan Materal dan Personel dari ML Belanda sekaligus wakil AURI.

Penamaan Bandar Udara Husein Sastranegara
Opsir Udara I Husein Sastranegara gugur bersama ahli tehnik pesawat Sersan Mayor Udara Rukidi saat latihan dengan pesawat Cukiu yang jatuh di kampung Gowongan Lor, Yogyakarta pada 26 September 1946. Pesawat tersebut sedianya disiapkan sebagai pesawat cadangan untuk menjemput PM Sutan Sjahrir. Berdasarkan Keputusan Kasau No. 76 Tahun 1952, namanya kini diabadikan di Bandara Internasional Husein Sastranegara dan Pangkalan Udara Husein Sastranegara, Bandung, untuk menggantikan nama Pangkalan Udara Andir.

Husein Sastranegara lahir di Cianjur, Jawa Barat, pada 20 Januari 1919. Beliau adalah salah satu perintis TNI-AU bersama dengan Agustinus Adisucipto, Halim Perdanakusuma, Abdulrahman Saleh dan Iswahyudi. Selain namanya diabadikan jadi bandar udara, juga dibuat dua patung Husein Sastranegara, yaitu patung yang terletak dekat dengan Ruang VIP Sompil Basuki, Bandara Internasional Husein Sastranegara, Bandung dan di Jln. Pajajaran (dekat gerbang masuk utama bandara). Sementar patung yang terletak di dengan Ruang VIP Sompil Basuki telah diubah menjadi Monumen Pesawat Casa C-212.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *